Tuesday, February 9, 2010

dream

Mimpi tidak pernah menjadi hal yang biasa saja selama 21 tahun ini. Salah satu mimpi yang hingga satu minggu masih berputar berkali-kali diwaktu kosongku adalah mimpi ini. Aku berada di pantai bersama teman-teman kuliah. Berenang di pantai yang tak terlalu dalam, airnya berwarna hijau dan seolah memiliki pori-pori karena sinar matahari bebas masuk dan memantulkan warna pasir. Aku berenang menjauhi bibir pantai, bersama morian ( owie, ngapain lo dtg ke sini?!). Tiba-tiba dasar laut mendadak menjadi lebih dalam dan lebih gelap. Di dasarnya ada peti dari batu, dengan ukiran indah berwarna putih di atasnya. Rupanya peti ini dapat dibuka. Maka, aku dan Morian mencoba mengangkat peti tersebut, berat. Hanya sedikit terbuka, dan aku merasakan udara berhembus. Udara yang magis karena jantungku rasanya mau meledak. Lantas terdengar sayup sayup suara manusia-manusia yang tak jelas meneriakan apa. rintihan? panggilan? Aku dan morian segera menutup peti batu tersebut dan berenang ke atas. Selanjutnya aku tidak ingat, seperti adegan yang terpotong.

Adegan selanjutnya adalah aku seolah ditarik ke masa lalu, mengamati sekerumun orang berpakaian seperti adat bali, hampir semuanya laki-laki. memakai ikat kepala putih, kain dengan motif kotak-kotak hitam putih. bertelanjang dada. ada yang rambutnya terikat ada yang tergerai sampai ke punggung, rambut yang kasar. mereka menolak dibunuh. ya, mereka akan dibinasakan, karena ajaran mereka yang dianggap tidak sesuai, karena mereka mempelajari kekuatan sihir,(mungkin? semacam itu). 200 orang banyaknya. suasana perkumpulan yang rusuh. mereka akan dimasukkan ke dalam peti batu. batu yang menahan kekuatan mereka. lalu adegan itu seolah berhenti kembali.

aku kembali datang di adegan yang lain, di desa yang sama dengan di mana aku mengamati manusia-manusia yang hendak dibinasakan di masa lalu. membuka gerbang desa, dari kayu. desa tersebut diisolir. dengan jalan desa yang masih dari tanah, orang-orang memakai pakaian adat sehari-hari, rumah-rumah tradisional tanpa pagar. Desa yang sama, warganya adalah keturunan leluhur mereka. mereka akan dibinasakan juga, kareana secara diam-diam masih menjalankan adat leluhur mereka. Dibinasakan oleh orang yang aku kenal betul. Dia berkata dengan marah ," untuk apa manusia seperti ini hidup?!", maka kujawab, "biar, selama mereka punya Tuhan yang membuat mereka selalu berbuat baik dan membuat mereka tahu baik benar yang objektif." adegan hilang lagi

hal terakhir yang kuingat adalah peti batu tersebut diangkat dengan tali tali sebesar lengan manusia. ke atas permukaan laut.

mimpi yang aneh. seolah menyuarakan pikiranku. Hubungan antar Tuhan dengan umatnya sangat personal. Orang per orang, begitu detil hubungan Tuhan dengan mahlukNya. siapa kah kita yang bisa menilai benar atau salah. hubungan itu jauh lebih personal dari ritual agama. agama apapun juga. Belum tentu orang yang terlihat alim, benar begitu di dalam hatinya. Orang yang terlihat kejam, belum tentu dia tidak percaya adanya Tuhan. Sungguh kita tidak bisa membandingkan dengan mata telanjang. manusia menjadi rancu antara yang diyakininya dan apa yang dilakukan. anatar sesuatu yang lebih dasar,keyakinan dan ritual dan tradisi.


10 februari 2010 (tanggalnya bagus)

No comments:

Post a Comment