Saturday, April 3, 2010

sabit

Sembilu perih diujungnya
Ketika jiwaku membukakan pintu
Lebar dan mencerukkan untukmu
Lengkungannya yang tajam membuatku terus terjaga



Ah, cintamu layaknya bulan sabit
Mengiris separuh hidupku
Hanya untuk kau buang percuma
Tercecer di ruang makna gelap
Harapan kelabu memayungi esok hari
Membuatku enggan melangkah

Tuhan,, tunjukan hambamu ini jalan
Terseret cerita kasmaran yang tak punya toleransi
Terlalu egois dan tak mau dengar
Hasratku terlahir disini
Mencintai dan membimbing
Memecah semua emosi dan keinginan
Untuk tetap di sini

Perahuku mendekat ke ujung samudra
Aku tak melihat ada tepi
Bimbang dan perih oleh garam
Dimanakah akan kulepas sauhku
Dasar laut gelap gulita
Disinari sabit temaram

Sabit
Pujimu hanya terdengar seperti desiran tajam
Tak pasti dan kosong
Seperti harapan yang kau suguhkan
Pedas dan tak mengenal belas kasihan


Kecewa

Thursday, April 1, 2010

reinaisans

mungkin kali ini cinta akan sangat enggan dijadikan bahan pembicaraan 

   hey, aku membosakan 

ya, kau membosankan 

ah, peduli apa?dia juga membosankan 

   ha ha? kau sakit hati

mm, ya, aku sakit hati

dia? diam! peduli apa aku dengan namanya

   sayang, kau bosan dan kesakitan


ya, bodoh! kenapa baru sadar sekarang?

akhirnya cinta akan jadi begitu bosan dan kesakitan

dulunya indah seperti pelangi merah jambu

entahlah, sepertinya harus bilang maaf

   pada hati, bukan?

5 may 2005

let me run

aku ingin berlari ke masa lalu

dan menemukan dirimu yang berarti

kemana langkah ini mesti berayun

dirikah? 

aku juga menemukan diriku 

terkapar dan berdarah

di tanganmu bilah pisau belati

bunga dari negeri antahberantah berserakan

aku ingat

saat itu aku benar-benar tak mau mati hanya olehmu

aku tangguh, aku berpikir, aku bangkit, aku berdiri

aku tinggalkan sisa-sisa memori dan emosi sia-sia yang pernah kau dongengkan

saat itu juga aku lebih ingin terbang saja ke jauh zaman

sebelum aku ketemu makhluk yang bernama kau

sebelum jiwaku sungguh-sungguh benci padamu

jadi, biar aku belari kembali

sebelum sorot matamu mengembalikan aku

ke saat di mana aku benar-benar ingin berlari

5 may 2005

melepas masa sma

hei, mataku ini sembab dan bekerja terlalu lelah

hari ini aku akan berjalan mulai jauh

kau juga berjalan jauh

menatap jutaan sauh yang siap menangkap impian kita

kakiku berlari dengan bintang

tapi hatiku tertinggal di pematang

pematang yang mengantarkan aku ke pematang yang lain

sungguh, telak hatiku semakin rindu ada sawah hijau

sawah hijau yang menghidupi handai taulanku

mereka yang tak lain ayah ibuku

adik kakakku

yang meraih tanganku ketika kaki ini terjerembab di lumpur

yang ikut menggendong keranjang berisi ilmu bermanfaat

ah, Tuhan, kalau boleh aku berharap

jika suatu hai anakku lahir dengan bahagia

dapat kutunjukkan bagaimana

sawah yang hijau ini menggembleng ibunya

bagaimana seorang ibu pun memiliki hutang budi yang luar biasa

pada pematang-pematang yang bertepi

agar di hari itu dan seterusnya

semakin aku mengerti 

betapa jika tak kulewati pematang itu

mungkin hidupku takkan begini

june 2005

destiny

Aku mengumbar tali layangan rapuh
menghentak hentak haluannya agar terarah
tapi aku ini pengemudi bodoh
tak tahu benar cara mengedalikannya
Layangan lantas oleng terjatuh menabrak kepalaku
Membuatku terdiam dan berpikir
Apa caraku salah
atau angin berubah arah
Tiba-tiba hujan deras
Kertas layanganku lepek
Aku ingin sekali menangis
Antara bingung dan tidak peduli 
lanangan koyakku ku bawa pulang
jenuh..penat…
mau kuapakan dia?
kuhancurkan
kuperbaiki meskipun sulit
atau kubuat lagi dan kutanya pada ayah bagaimana cara memainkannya
Sejenak memori girangnya hati saat layang-layangku pertama melambung membuncah

tapi segera pergi meninggalkanku bimbang dan setengah putus asa

dec 2005

for andaru, my little sister

U’re the shinin’ stars

ang fallin down toearth 

to light upon our lifes

though u re movin so fast

we still can see ur light

it’s beautiful and lovely

that’s what u are

u have ur own flash

u re different gift from up

stay d same

shine on…little girl…

asat asa

kERING kERING
jiwaku dangkal air
asat di atas tungku
uap membumbung mudah terbawa angin
mengurai ion-ion lara
aku makin pedih
tak ada lagu berdentang
hari-hari berkejaran tertatih-tatih
ah, tak pernahkah hatimu mengaum keras
menghamburkan rekat-rekat bilik yang telah aus
bendungan terbongkar
aku rindu dan kebosanan
lentera-lentera sudah mulai redup
minyaknya menggelantar semua ke sumbu
esok hujan badai

rasanya ceritaku juga akan padam

26 april 2006

tersier

ah..ogah
aku yak ingin yang itu
yang kalau kubilang adalah urusan hal-hal tersier
nggak
tapi tiba2 semua datang dan bertanya
kapan
salah jika aku bilang itu belum jadi masalah
sudah
ingin tahu dulu saja
jika nyatanya cerita itu akan terlalu sedih
mungkin aku akan segera menjauh
salahkah?
kurasa tidak
tapi semua jadi terasa serba salah
saat kata2 meluncur tanpa dipikir
itu cermin hati kita
itukah
aku hanya tak ingin buru2 
aku tak ingin sebuah hal tersier 
disalahkan atau dihujat
dunia masih terlalu tak adil bagiku
untuk terburu2 mengiyakan dan meyakinkan hati
Jadi
adakah engkau yang di sana 
sabar mengais2 di antara beberapa kegagalan
mencari dan menemukan aku di sana
lalu kita saling menguatkan

saling mencintai, itu hal yang mudah
tapi saling melengkapi
kurasa itu satu hal yang jauh lebih besar.
Saling mencintai, itu hal tersier
saling melengkapi, menurutku itu hal yang primer
aku ingin yang primer
bukan yang tersier
jadi kurasa
aku masih lama menunggu
masih lama berpikir
untuk semua yang merasa rugi
akan keputusanku ini
silahkan pergi saja

jika di suatu hari
hatimu sakit bukan kepalang
aku sungguh minta maaf
untuk diriku yang terlalu naif di matamu
tapi setidaknya

aku tidak menaifkan nasibku

10 mei 2006

dekat

Rhein 

dia begitu dekat

dekat dengan semua mimpi yang ingin kuraih

dekat dengan semua nyata yang bisa kuterima

tapi sungguh

yang kumiliki masih begitu goyah dan mudah koyak

untuk mengumbarnya dalam angan-angan saja

aku takut

takut semua berbalik dan menghujaniku dengan sakit hati

aku masih terlalu egois untuk hatiku sendiri

aku ngeri aku bakal melukai jiwaku sendiri

aku khawatir semua ini cuma membawa kabar buruk

jadi aku diam dan menunggu dia datang

meskipun bukan dengan kuda putih

meskipun dia bukan ksatria yang menungganginya

karena dahulu seorang pernah datang

dengan keadaan nyaris cukup

menyita waktu dan pikiran

di akhir bukan cuma cerita ia sisakan

sembilu pedangnya pun ia torehkan di relungku yang kosong

dan kisah itu luluh lantak menjadi mimpi buruk

untuk si hitamku

28 june 2006

absurd

itu tentangmu 

tentang hari-hari yang berlarian saat aku ada di dekatmu

tentang rasa yang dengan tidak sopannya mencuat dari lubang kunci

juga tentang waktu sampai kapan aku harus diam dan menunggu

tentang dirimu, tentang apa yang ada di dalam ruang-ruang pikirmu

tentang masa jauh ke depan 

tentang malam yang jadi semakin larut untukku

tentang pagi yang datang terlalu cepat

tentang hal-hal kecil yang aku ambil maknanya darimu

tentang rutinitas

absurd

bahkan jangka detiknya pun begitu kabur

tentangmu

semua tentangmu dan yang tersimpan di hatimu

atau bahkan hatiku

june 2006

puntung buntung yang menyala

untuk puntung rokok yang menyala di malam hari

berkedip-kedip seperti harapan yang lantas putus

lalu asapnya menyelinap ke serat-serat baju

ah, apa kata pacarku nanti

sudah habis berbusa lidahku berjanji untuk berhenti

sertamerta dadaku terasa sesak

mengingat nasib bukan ada diperuntunganku

lalu kusesap pelan-pelan

tenggelam diantara tawa kawan kawanku

malam yang sama

dengan nyala redup ujung ujung tembakau

mau dibawa kemana hidupku ini

aku kembali menggerutu

untuk hisapan terakhir malam ini

aku tak mencoba memikirkan apa-apa

tapi justru aku menerawang

jauh

puntung kubuang ke tanah dan kuinjak

mungkin malam ini bakal lebih panjang

jauh lebih panjang dan lebih berat dari selintas puntung saja’


14 07 06

untuk orang asing

di gang2 sempit dan berbatu

stop

kadang masih harus bertanya

aku benarkah harus berhenti

dan membiarkan segala sesuatunya berjalan begini rupa

mungkin benar

sebenarnya aku tak pandai menempatkan diri

dan semua cuma warna abu2 

padahal aku benar2 ingin memilih

hitam

atau putih saja

mungkin ini saatnya berhenti

dan mulai belajar

untuk menerima keadaan


july 17 2006

melesak

rasa itu melesak

mencari sesuatu yang tertingal di tikungan

tanganku tak mampu lagi meraih

membekap hati dan menyudahi laraku

serta merta memalingkan mata dan kepalaku


july 31th 2006

-mu

jauh dilupakan

tak pernah kembali 

memudar

cuma cerita lama

yang kian hilang

ditelan badai satu masa

karena memang aku benar-benar bodoh

dan tak tahu apa2

saat cemetimu tiba-tiba melecut ke arahku


semoga ini hari yang indah

setidaknya 

tak perlu maaf bergulir-gulir

atau mungkin

sia-sia

seperti nyala lalu gelap

tinggal rampai

yang hari ke hairnya

semakin lapuk

dan tidak berguna


marilah kau sendiri saja yang menguburnya

aku diam 

sama bodohnya seperti dahulu

satu saja

rasa ini semakin hampa

tapi tetap di tempatnya

august 2006

di cerita pendek 2 1/2 purnama

datang 

datang

datang

dari sebuah hampa

terdampar di tepian hatiku

menyalakan lentera lentera saat malam mulai bersenandung

bersama-sama meniupkan asa ke udara

melewati senja-senja bersiluet

lagu-lagu lama yang terus diputar

hamparan padang ilalang d tepi jalan

kurengkuh sertamerta

tetaplah tinggal d sini selamanya

di laras hatiku yang naif


yang mungkin telah mengntip sejak lama

di celah penantian

untuk- teman seperjalanan bandung jakarta

si hitamku

september 2006

this is my first poem about you

bergantung

kembalilah kemana raga itu seharusnya berdiri

mengubur kaki kaki agar tegap dan tak bertumpu di benak lain

urat-uratku mulai lemah dan tak sanggup bertahan

semua yang disuguhkan melemaskan asa

terkadang ingin menapak seperti dulu

di jalan berhamparan kerikil

papah aku

aku ingin bangkit dari malas

tuntun aku agar jiwa ini tak segera kering

agar cita-cita ini tak kembali pergi jauh

saat waktu mulai berlarut-larut


aku, yang semakin lemah

4 oct 2006

1.5 tahun

langitku biru ,

lara telah undur diri dari rentang 18 kali bulan berevolusi

asaku adalah asamu

peluh hati kita menerima apa adanya

cinta ini begitu syahdu

payungi jiwa kita yang rapuh dan selalu egois

adakah Tuhan telah ciptakan dirimu untuk membenahi aku

membenahi keping yang hancur berantakan diterpa badai gelap

memungutnya satu satu dan dihadirkan kepalan tanganmu

merobek kulit tanganmu sendiri

terimakasih untuk selalu ada di sana dan menggenapi senja yang lelah

sengan senyum dan buncah bunga-bunga di dalam dadamu



untukmu yang menjadi erat

yang menjadi teman hidup hingga sekarang

untuk hari dimana sudah 3 kali

kita lewati batas setengah evolusi bumi

dan merentangkan mimpi kita di perjalanan percik mentari

januari 2008

untuk si hitam